Hasil studi pendahuluan menemukan bahwa orang yang terinfeksi varian baru virus corona (Covid 19) dari Afrika Selatan memiliki tingkat kekebalan yang lebih baik terhadap mutasi virus lainnya. Studi tersebut dilakukan tim ilmiah negara yang menemukan varian 501Y.V2 itu. Dikutip dari laman Africa News, Kamis (4/3/2021), studi yang melibatkan sejumlah kecil orang ini memang belum bisa diajukan untuk dilakukan evaluasi oleh komunitas ilmiah.
Kendati demikian, hasil studi itu meningkatkan harapan bahwa vaksin berdasarkan varian ini dapat memberikan perlindungan dari mutasi Covid 19 di masa depan. Menurut data dari penelitian tersebut, hanya 4 persen dari 55 orang yang telah terinfeksi 501Y.V2 yang tidak dapat mengatasi infeksi strain asli dari Covid 19. Perlu diketahui, varian baru Covid 19 telah diidentifikasi muncul di Afrika Selatan pada akhir tahun lalu.
Ini memicu terjadinya gelombang kedua infeksi di negara dengan kasus terkonfirmasi Covid 19 terbanyak di benua itu. Sementara itu, Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Zweli Mkhize menggambarkan temuan tersebut sebagai 'kabar baik untuk semua orang'. Ia mengatakan bahwa hasil studi itu telah mewakili harapan untuk kemajuan dalam mengendalikan pandemi.
Menurut penelitian tersebut, antibodi yang dihasilkan oleh varian Afrika Selatan juga memiliki efektivitas 100 persen untuk melawan varian Brazil dalam sampel yang sangat kecil yang terdiri dari tujuh pasien. Dalam mutasi pada Covid 19 baru ini, ada beberapa yang tampak lebih menular. Mutasi mutasi ini kini telah membuat antusiasme warga menurun untuk melakukan kampanye vaksinasi, dengan beberapa vaksin tampaknya dianggap kurang efektif dalam melawan mutasi Covid 19.
Para produsen vaksin pun baru baru ini membuat modifikasi kecil pada vaksin mereka untuk menyesuaikannya dengan mutasi. Laboratorium Moderna bahkan mengumumkan bahwa mereka akan memulai uji klinis pada pertengahan Maret ini dari versi vaksinnya yang secara khusus disesuaikan dengan varian Afrika Selatan.