Anjloknya harga saham Tesla di pasar modal membuat sejumlah calon investor bertanya-tanya: apakah saham masih menjadi instrumen investasi menjanjikan? Fluktuasi harga saham sebenarnya terbilang normal dan mudah diatasi kalau Anda tahu triknya. Hal ini juga membantu Anda untuk mengetahui kapan harus membeli dan menjual saham.
Potensi saham sebagai instrumen investasi
Di antara instrumen atau produk investasi yang beredar, saham termasuk jenis yang sudah lama digunakan para investor. Beberapa puluh tahun lalu, memang hanya kalangan tertentu yang dapat berinvestasi menggunakan saham. Namun sekarang, berkat kemajuan teknologi dan perkembangan era digital, masyarakt dari kalangan mana pun dapat memanfaatkannya untuk investasi.
Peningkatan kegiatan investasi saham semakin signifikan saat wabah Covid-19 melanda dunia. Bahkan produk ini yang turut membantu Indonesia memulihkan kondisi perekonomian. Pengusaha yang kemudian menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Sandiaga Uno mengatakan, tren investasi di pasar modal cenderung stabil dibandingkan industri lain. Faktor ini yang membuatnya jadi opsi investasi menjanjikan selain perbankan, infrastruktur, dan sektor energi.
Di sisi lain, Anda perlu mengantisipasi beberapa hal yang dapat membuat harga saham anjlok. Seperti saham Tesla, misalnya, yang terjun bebas karena kekhawatiran investor terhadap kemampuan Elon Musk mengelola bisnis-bisnisnya apabila dia deal membeli Twitter. Belum lagi invasi Rusia ke Ukraina yang masih memberikan dampak global hingga menyebabkan kenaikan harga untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku makanan dan minyak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham
Untuk mengupas pemicu turun-naiknya harga saham, berikut dua faktor yang perlu Anda pelajari dengan baik:
- Faktor internal
Terdapat tiga hal yang termasuk ke dalam faktor internal pemicu perubahan harga saham. Di antaranya faktor fundamental perusahaan, aksi korporasi perusahaan, serta proyeksi kinerja dari suatu perusahaan di masa mendatang.
Terkait fundamental perusahaan, saham yang datang dari perusahaan dengan fundamental baik cenderung menunjukkan tren saham yang terus naik dibandingkan yang buruk. Sementara aksi di korporasi berhubungan dengan merger, akuisisi, right issue, hingga divestasi.
- Faktor eksternal
Sementara pada faktor eksternal, terdapat empat hal yang harus Anda waspadai. Antara lain kondisi fundamental ekonomi makro, fluktuasi kurs rupiah terhadap mata uang asing (atau mata uang kripto), kebijakan pemerintah, hingga faktor panik (panic buying atau panic selling).
Berbeda dari faktor internal, faktor eksternal kerap bersinggungan dengan kondisi pasar saham global. Dalam hal ini, penting bagi Anda untuk mempelajari kebijakan yang berkaitan dengan Bank Sentral Amerika hingga Penanaman Modal Asing untuk memprediksi fluktuasi harga saham.
Bagaimana, masih tertarik memantau pergerakan harga saham perusahaan asing lainnya? Semoga informasi ini membantu Anda mempersiapkan diri berinvestasi dengan saham!