Tak bisa naik kendaraan umum karena berhenti beroperasi, seorang perantau di Ciamis nekat berjalan kaki menuju kampung halaman di Sumedang. "Saya terpaksa jalan kaki karena ingin mudik. Sebenarnya mau naik kendaraan umum tapi tidak ada," kata pemudik yang berjalan kaki, Bambang Irianto, saat tepergok tengah jalan kaki di Pos Penyekatan Gentong, Tasikmalaya, Rabu (12/5) siang.
Bambang mengaku gelisah ketika pemerintah melarang mudik Idul Fitri 1442 H. Padahal ia sudah rindu kampung halaman, terutama bertemu orang tua yang sudah berusia tua. "Biasanya kami mudik naik bus jurusan Tasikmalaya Subang via Sumedang.
Tapi tidak beroperasi karena laranganmudik," kata Bambang. Karena tak ada kendaraan umum, Bambang pun bermusyawarah dengan keluarganya. Walhasil, Bambang memutuskan mudik sendiri berjalan kaki.
"Bukan jalan kaki sepenuhnya. Kalau ada kendaraan umum yang lewat pasti naik," ujar Bambang. Namun sejak berangkat dari Ciamis pagi hari, Bambang belum menemukan satu pun kendaraan antarkota melintas.
Akhirnya ia terus jalan kali dan siang harinya baru sampai Gentong. Bambang mengaku cukup kelelahan. Ia hanya mengandalkan sandaljepit untuk berjalan kaki.
Untuk melindungi diri dari panas terik matahari, ia mengenakan jaket dan sesekali pakai topi. Sebuah ransel berisi pakaian digendongnya di punggung. Bambang mengaku beberapa kali beristirahat, termasuk saat tiba di Pos Penyekatan Gentong, ruas jalan negara Bandung Tasikmalaya.
Dari kawasan Gentong, Bambang melanjutkan perjalanan menuju Malangbong. Dari sana meneruskan perjalan dengan masuk jalan menuju Wado (Sumedang). "Saya berharap bisa menemukan kendaraan umum di jalan.
Terutama nanti di Malangbong, mudah mudahan ada kendaraan menuju Wado," ujar Bambang.